Jumat, 25 Februari 2011

Kajian Strata Makna Puisi


Kajian Strata Makna Puisi ‘Kata’
Karya Subagio Sastrowardoyo
‘Kata’
Asal mula adalah kata
Jagat tersusun dari kata
Di balik itu hanya
ruang kosong dan angin pagi

Kita takut kepada momok karena kata
Kita cinta kepada bumi karena kata
Kita percaya kepada Tuhan karena kata
Nasib terperangkap dalam kata

Karena itu aku
bersembunyi di belakang kata
Dan menenggelamkan
diri tanpa sisa

Kajian Strata Makna
Puisi merupakan karya sastra yang memiliki struktur yang sangat kompleks dan berlapis-lapis yang terdiri dari beberapa strata atau lapis norma. Masing-masing lapis norma menimbulkan lapis norma dibawahnya.
Lapis norma pertama disebut lapis bunyi atau sound stratum. Bunyi yang dianalisis adalah bunyi yang istimewa atau bunyi yang mendapatkan efek puitis. Dalam puisi Subagio Sastrowardoyo yang berjudul ‘Kata’, pada bait pertama, baris pertama ‘Asal mula adalah kata’ ada asonansi bunyi ‘a’.
Pada bait kedua ada asonansi bunyi ‘a’ dan alitrasi bunyi ‘k’ dan ‘t’ pada kata ‘Kita takut kepada momok karena kata.  Kita cinta kepada bumi karena kata. Kita percaya kepada Tuhan karena kata. Nasib terperangkap dalam kata’.
Selain ada alitrasi dan asonansi, puisi diatas juga memiliki rima atau lambang rasa yang berfungsi untuk menambah keindahan dan memberi nilai rasa tertentu, yaitu aa, ab, aa.
Lapis norma kedua yaitu lapis arti atau unit of meaning.
Bait 1, Asal mula dari segala sesuatu adalah kata. Alam semesta dan isinya juga tersusun dari kata, sedangkan di balik Alam semesta dan isinya itu hanya ada ruang kosong dan angin pagi.
Bait 2, Kita takut kepada momok karena kata. Kita cinta kepada bumi juga karena kata
dan, kita percaya kepada Tuhan juga karena kata. Bahkan nasib pun terperangkap dalam kata.
Bait 3, oleh Karena itu aku bersembunyi di belakang kata, dan aku menenggelamkan diriku sendiri tanpa tersisa.
            Lapis norma ketiga berupa unsure intrinsic dan ekstrinsik.
Unsure intrinsic meliputi:
  1. tema dalam puisi ini adalah kata merupakan awal dan akhir segalanya. Dengan menggunakan kata bisa menimbulkan cinta dan malapetaka, termasuk kepercayaan pada Tuhannya.
  2. amanat dalam puisi ini adalah hendaknya kita senantiasa waspada terhadap ucapan dan kata. Karena kata merupakan awal dan akhir dari segalanya serta merupakan pencipta cinta dan petaka, tergantung kita yang menggunakakan dan Tuhan yang menentukan.
  3. feeling dalam puisi ini, pengarang memaknai kata sebagai sesuatu yang amat penting dan harus diperhatikan, dan pengarang memilih berhati-hati dalam penggunaannya sehingga ia menguasai dan menggunakannya tanpa sia-sia.
Unsure ekstrinsik pada puisi diatas adalah pengarang memaknai ‘kata’ sebagai asal mula dari segalanya. Kata dapat menimbulkan cinta dan celaka, tergantung pada manusia yang menggunakan, termasuk kepercayaan pada Tuhan.

Kajian Struktural Puisi ‘Pembersihan
Karya Subagio Sastrowardoyo


‘Pembersihan’

Kita adalah angkatan yang sedang menghadapi kematian
Jika genderang sudah ditabuh, kita tahu, di hari subuh
Kita kan di giring ke luar pagar dan rapat ke ujung tembok
Kita menghadapi maut
Menyergap. Tinggal menanti perintah tembak. Kita sudah tau.
Kita akan rebah satu persatu, diam terkulai, tanpa pekik atau keluh.
Demikian kita berakhir. Angkatan yang mengabaikan janji
Bagi bangsa dan tanah air. Kita bergelimang dalam dosa,
Dalam tipu dan kianat, dalam dengki dan mimpi sia.
Kita telah membinasa saudarasendiri dan menikam
Kawan kita yang paling setia. Kita telah menodai
Darah murni dengan dendam dan kebohongan. Kita tahu.
Kematian kita akan menyeret seluruh angkatan tenggelam.
Kita tahu
Istri kita yang hamil tua sudah kita kirimkan mengungsi
Ke daerah pedalaman. Disana mudahan lahir keturunan pria
Dengan tubuh perkasa dan mata pahlawan. Jika ia tanya
akan bapak, katakan, bahwa ia anak dewa yang mencecerkan
benihnya kepangkuan bunda. Ia tak boleh tahu akan nasib bapak
yang menjumpai mati di subuh hari.

Kajian Struktural
Puisi dipahami sebagai pengungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat, dimamna kata-katanya condong pada maakna yang kompetatif.
Pemahaman makna merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang baik berupa kegiatan mental maupun fisik didalam merespon dan menilai sesuatu. Kegiatan merespon dan menilai tidak dapat dilakuakn apabila seseoarang tidak mempunyai kemammpuan pemahaman makna betapapun relatifnya.
Pemahaman makna terhadap puisi dapat ditingkatkan melaluui kegiatan pembacaan terhadap puisi sebanyak mungkin. Jadi pemahaman makna puisi adalah kegiatan menggauli cipta puisi dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian penghayatan kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Unsur-unsur Puisi:
  1. Unsur Intrinsik
a. Diksi. Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan dalam puisi. Diksi pada puisi ‘Pembersihan’ menggunkan kata-kata yang cukup mudah dipahami karena lebih banyak menggunakan kata denotatif. Seperti pada baris;
Kita adalah angkatan yang sedang menghadapi kematian
Jika genderang sudah ditabuh, kita tahu, di hari subuh
Kita kan di giring ke luar pagar dan rapat ke ujung tembok
Kita menghadapi maut.
b. Irama. Irama merupakan pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut, ucapan bunyi bahasa secara teratur. Pada puisi ‘Pembersihan’ menggunakan nada tinggi dan tekanan yang keras karena merupakan puisi yang bercerita tentang perjuangan menghadapi perang.
c. Baris dan bait. Ciri visual baris dalam puisi perfungsi sebagai upaya untuk mencipkakan evek artistik dan untuk membangkitkan makna. Puisi ‘Pembersihan’ memiliki dua puluh dua baris dalam satu bait yang saling berhubungan.
d. Kata kongkret. Kata kongkret adalah kata nyata. Dalam puisi ‘Pembersihan’ banyak terdapat kata kongkret, seperti terdapat pada baris ‘Kita adalah angkatan yang sedang menghadapi kematian’.
Rima. Puisi ‘Pembersihan’ mengalami pengulangan bunyi pada baris;
Kita sudah tau.
Kita akan rebah satu persatu, diam terkulai, tanpa pekik atau keluh.
Demikian kita berakhir. Angkatan yang mengabaikan janji
Bagi bangsa dan tanah air. Kita bergelimang dalam dosa,
Dalam tipu dan kianat, dalam dengki dan mimpi sia.
Kita telah membinasa saudarasendiri dan menikam
Kawan kita yang paling setia. Kita telah menodai
Darah murni dengan dendam dan kebohongan. Kita tahu.
Kematian kita akan menyeret seluruh angkatan tenggelam.
Kita tahu…’
e. Interpolasi. Intrpolasi merupakan penyisipan kata pada kalimat dalam puisi untuk memperjelas makna. Seperti pada baris Kita menghadapi maut
Menyergap. Tinggal menanti perintah tembak. Kita sudah tau.
Kita akan rebah satu persatu, diam terkulai, tanpa pekik atau keluh.
Demikian kita berakhir.
  1. Unsur Ekstrinsik
Pengarang menceritakan tantang angkatan yang akan menghadapi kematian, yang menunggu perintah untuk maju berperang. Maut  akan segera datang menjemput, akan merebah satu per satu dan diam terkulai tanpa mengeluh. Namun perjuangan yang dulu sempat terjadi, kini menjadi saling tipu dan khianat dalam dengki dan menjadi mimpi yang sia-sia.
Kini tak tau lagi yang semula kawan menjadi lawan, kesetiaan berubah menjadi dendam dan kebohongan. Pengarang berharap akan lahir angkatan atau penerus yang kesatria dan berhati pahlawan yang bisa mendatangkan kedamaian.

Daftar Pustaka

Nurgiantoro, Burhan. 1982. Teori Pengkajian Fiksi. Yogjakarta: Gajah Mada University Press.
Sastrowardoyo, Subagio. 1982. Daerah Perbatasan. Jakarta: Balai Pustaka.
Aminudin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru Algesindo.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar