Jumat, 25 Februari 2011

PROPOSAL PENELITIAN


PROPOSAL PENELITIAN

Karakteristik dan Variasi Bahasa Slang Geng Punk Rock di Wilayah Sriwedari  Surakarta




Disusun Oleh :


Siska Agustin Kusumastuti
A.310080118


PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Surakarta
2010 




Bab I
 Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah
Bahasa mempunyai fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam setiap kegiatan, bahasa dapat memberikan informasi yang berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan maupun secara langsung. Komunikasi adalah penyampaian pesan dan maksud dari seseorang kepada orang lain melalui bahasa. Timbulnya ragam bahasa atau variasi bahasa disebabkan adanya penutur untuk memilih bahasa sesuai dengan situasi dalam konteks sosialnya.Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang timbul karena pemakaian yang berbeda, topik yang dibicarakan berbeda serta medium pembicaraan yang berbeda pula. Salah satu variasi bahasa yaitu prokem. Bahasa prokem adalah variasi ujaran yang bercirikan dengan kosakata baru ditemukan dan cepat berubah, dipakai oleh kaum muda atau kelompok sosial dan profesional untuk berkomunikasi di dalamnya.
Bahasa slang atau bahasa prokem juga merupakan bahasa rahasia yang berubah-ubah, yang digunakan dalam alat komunikasi pada kelompok tertentu. Menurut Wahyuni (2009), Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Punk dapat diartikan sebagai ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan Komunitas Punk menjadi sebuah fenomena dalam masyarakat baik di Indonesia sendiri ataupun di dunia. Ideologi, tabiat anarkisme sampai dengan penggunaan bahasa, sepertinya telah menjadi sebuah kultur tersendiri bagi komunitas Punk itu sendiri. Dari segi Bahasa, banyak bahasa-bahasa komunitas Punk yang berisikan pesan sebuah pembebasan, pemberontakan, ataupun sebuah ancaman. Dari uraian tersebut diatas maka peneliti mengambil rumusan masalah bagaimana kekhasan bahasa dalam berkomunikasi di kalangan punker Malang. Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, Hafied Cangara dalam Wahyuni (2009) menyebutkan bahwa bahasa didefinisikan sebagai seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti. (Cangara, 2002:103). Bahasa merupakan pesan verbal dimana pesan verbal merupakan bagian dari sistem sinyal dalam komunikasi dimana seseorang berbicara dan mendengarkan (DeVito, 2006:43). Komunitas punker adalah sebuah perkumpulan para anggota punk. Punk diartikan sebagai anak muda yang masih ?hijau?, tidak berpengalaman, atau bahkan tidak berarti. Bahkan diartikan juga sebagai orang yang ceroboh, sembrono, dan ugal-ugalan. (http://punkside.wordpress.com/tag/apakah-punk) dalam Wahyuni (2009). Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada karakteristik dan variasi bahasa geng Punk Rock di Sriwedari Surakarta.
Slang digunakan sebagai bahasa pergaulan. Kosakata slang dapat berupa pemendekan kata, penggunaan kata alam diberi arti baru atau kosakata yang serba baru dan berubah-ubah. Disamping itu slang juga dapat berupa pembalikan tata bunyi, kosakata yang lazim diapakai di masyarakat menjadi aneh, lucu, bahkan ada yang berbeda makna sebenarnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, ada permasalahan yang perlu dibahas antara lain karakteristik dan variasi bahasa slang, isi pesan dan fungsi pengungkapan pada bahasa slang geng punk rock di Sriwedaari Surakarta.



B. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
  1. Bagaimanakah karakteristik dan variasi bahasa Slang pada masing-masing tuturan Geng Pung Rock di Sriwedari Surakarta?
  2. Apasaja isi pesan pada tuturan yang digunakan Geng Pung Rock di Sriwedari Surakarta?
  3. Bagaimana fungsi pengungkapan karakteristik bahasa Slang pada alat komunikasi Geng Punk Rock di Sriwedari Surakarta?
C.    Tujuan Program
  1. Mendeskripsikan karakteristik dan variasi bahasa Slang pada masing-masing tuturan atau bahasa pada Geng Pung Rock di Sriwedari Surakarta.
  2. Memaparkan isi pesan pada tuturan yang digunakan Geng Pung Rock di Sriwedari Surakarta.
  3. Mendeskripsikan fungsi pengungkapan karakteristik bahasa Slang pada Geng Punk Rock di Sriwedari Surakarta.
D. Manfaat
 Manfaat dari penelitian karakteristik dan variasi bahasa Slang Geng Punk Rock di Wilayah Sriwedari  Surakarta ini adalah dapat memperoleh pemahaman tentang karakteristik dan variasi bahasa slang, isi pesan pada tuturan, dan fungsi pengunkapan bahasa Slang pada Geng Punk Rock di Sriwedari Surakarta.


Bab II
Kajian Pustaka dan Landasan Teori

A. Kajian Pustaka
Penelitian seseorang dapat diketahui keasliannya melalui tinjauan pustaka, yang merupakan paparan hasil penelitian yang dilkukan oleh peneliti lainnya. Ada beberapa penelitian yang relefan dengan penelitian ini sebagai tinjauan pustaka  yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Penelitian Apriani (2008) berjudul “Variasi Bahasa, Isi Pesan, dan Kode Bahasa Chatting untuk Komunikasi Pergaulan di Internet”. Tujuan penelitiannya antara lain 1) mendeskripsikan unsure-unsur variasi bahasa, isi pesan, dank ode bahasa cahatting yang digunakan uuntuk komunikasi oergaulan diinternet, 2) mendeskripsikan makna terjadinya penggunaan unsure-unsur variasi bahasa, isi pesan, dank ode bahasa chatting dalam pergaulan diinternet kebanyakan menggunakan ragam tidak baku dan susunan kalimat yang menyimpang dari kaidah susunan kalimat menurut EYD. Persamaan dengan penelitian ini yaitu membahas tentang variasi bahasa dan isi pesan. Adapun perbedaannyua adalah terletak pada data yang diteliti. Apriyani meneliti tentang kode chatting, sedangkan peneliti mengkaji tentang variasi bahasa Slang Geng Punk Rock di Surakarta,
Penelitian Nazil Kurniawan (2010) berjudul “Membaca dan Mengurai Bahasa dalam Spanduk”. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengidentifikasi pola kalimat pasa spandukk kampanye calon legislative dalm pemilu tahun 2009 dan mengungkap isi pesan yang terdapat pada spandukk kampanye calon legislative dalm pemilu tahun 2009 di Surakarta. Penelitian Kurniawan mempunyai persamaan dengan penelitian ini, yaitu mendeskripsikan isi pesan dari data yang diteliti.
Penelitian Wahyuni (2009) berjudul Kekhasan Bahasa Dalam Berkomunikasi Di Kalangan Komunitas Punker (Studi pada Komunitas Punk Malang)”. Dari analisa data yang telah dilakukan peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Komunitas Punk di Malang tidak memiliki bahasa kelompok sendiri. Bahasa yang digunakan adalah bahasa verbal yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut anggota komunitas punk di Malang, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang mengarah pada kekerasan, sebuah protes, dan penolakan. Pada dasarnya yang menjadi latar belakang dari kesan kasar dari bahasa yang digunakan adalah berasal dari latar belakang berdirinya gerakan Punk itu sendiri. Persamaan dengan penelitian ini yaitu pada data dan objek penelitiannya yaitu Geng Punk Rock. Adapun perbedaanya, penelitian Wahyuni terfokus pada kekhasan bahasa, sedangkan penelitian ini terfokus pada variasi bahasa fungsi pengungkapan bahasa.
Penelitian Sundari (2008) berjudul “Penggunaan Bahasa Prokem Waria di Kota Trenggalek”. Dari analisa data yang telah dilakukan peneliti dapat ditarik kesimpulan Bahasa prokem waria di Kota Trenggalek, dapat berupa (1) kata, (2) singkatan dan akronim. Bentuk prokem ini merupakan pokok yang akan dianalisis. Dari hasil analisis tersebut dapat memberikan gambaran objektif tentang pola pembentukan kata, fungsi, dan makna dari prokem waria di Kota trenggalek. Terdapat persamaan dengan penelitian ini antara lain analisis variasi bahasa Slang atau Prokem, dan fungsi pengungkapan bahasanya. Adapun perbedaannya terletak pada data yang diteliti. Sundari meneliti tentang penggunaan bahasa prokem waria di Kota Trenggalek, sedangkan peneliti mengkaji variasi bahasa Slang atau prokem pada tuturan Geng Punk Rock di Surakarta.
Penelitian Sumarni (2008) berjudul “ Analisis Tuturan Kru Bus Jurusan Solo-Sragen (Interaksi antara Kru Bus-Penumpang/ calon penumpang). Tujuan penelitian ini antatra lain 1) mendeskripsikan bentuk wujud tindak tutur Kru Bus (sopir, kondektur, kernet) jurusan Solo-Sragen. 2) mendeskripsikan fungsi bahasa yang terdapat dalam tuturan Kru Bus (sopir, kondektur, kernet) jurusan Solo-Sragen. 3) mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi Kru Bus (sopir, kondektur, kernet) jurusan Solo-Sragen. Persmaan dengan penelitian ini adalah mendeskripsikan tuturan kelompok tertentu dengan bahasa tartentu pula. Adapun perbedaannya terletak pada data yang diteliti. Sumarni meneliti tentang analisis tuturan, sedangkan penelitian ini mengkaji variasi bahasa Slang.
Dari berbagai penelitian yang telah dikemukakan diatas, penulis membatasi kajian dalam penelitian yang berjudul Karakteristik dan Variasi Bahasa Slang Geng Punk Rock di Wilayah Sriwedari  Surakarta ini pada karakteristik dan variasi bahasa slang, isi pesan pada tuturan, serta fungsi pengunkapan bahasa Slang pada Geng Punk Rock di Sriwedari Surakarta.




B. Landasan Teori   

i) Bahasa
Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikakn diri, (Kridalaksana, 2001).
Bahasa memiliki fungsi yang amat penting bagi manusia, terutama untuk berkomunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling baik dan sempurna, juga merupakan alat yang ampuh untuk bekerjasama dengan antar anggota masyarakat.
Beberapa ciri yang hakiki dari bahasa antara lain, adalah 1) bahasa itu adalah sebuah sistem, 2) bahasa itu berwujud lambang, 3) bahasa itu berupa bunyi, 4) bahasa itu bersifat arbiter, 5) bahasa itu bermakna, 6 ) bahasa itu bersifat konfensional, 7) bahasa itu bersifat unik, 8) bahasa itu bersifat universal, 9) bahasa itu bersifat produktif, 10) bahasa itu berfariasi, 11) bahasa itu dinamis, 12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial, 13) bahasa itu merupakan identitas penuturnya, (Chaer, 2007: 33).

ii) Variasi Bahasa
Hartman dan Stork (1972) dalam Chaer dan Agustina (1995) membedakan variasi berdasarkan kriteria a) latar belakang geografi dan sosial penutur, b) medium yang digunakan, dan c) pokok pembicaraan.
Variasi dari segi penutur, yang pertama adalah idiolek yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Kedua disebut dialek yakni variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Ketiga kronolek atau dialek temporel yakni variasi bahasa yang digunakan kelompok sosial pada masa tertentu. Keempat sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penutur.


iii) Bahasa sebagai Tindak Komunikatif
Dalam berkomunikasi terjadi peristiwa komunikatif. Berkaitan dengan hal tersebut, Suyono (1990: 18) dalam (Arum, 2008), menyatakn bahwa pragmatik sebagai studi yang berkaitan dengan pengunaan bahasa, yang memiliki tiga konsep dasar yang harus dikaji, yaitu:
1.      tindak tutur komnikatif sebagai wujud aktual penggunaan bahasa. Dalam tindakan komunikatif ini ada beberapa tindak bahasa, yaitu menyela, memngundang, menyuruh, memnghadap, memerintah.
2.      peristiwa komunikatif yaitu satu unit peristiwa bahasa yang mempunyai keragaman, keutuhan, dan kesatuan atas seperangkat komponen komunikasi.
3.      situasi komnikaatif, yaitu konteks yang meliputi terjadinya peristiwa komunikatif atau konteks dimana peristiwa komunikatif terjadi.
iv) Isi Pesan
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lainagar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umunya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata lisan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti olek keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan dengan  menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyu, menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu.
Secara ringkas, prosses berlangsungnya komunikasi digambarkan sebagai berikut.
1.      Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk babhasa atau lewat simbol-simbol yang dapat dimengerti oleh kedua pihaak.
2.      Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau salluran baik secara langsung maupun tidak langsung.
3.      Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya kedalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
4.      Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami isi pesan yang dimaksud oleh si pengirim (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi) dalam Kurniawan (2010).

v) Bahasa Slang
      Bahasa Slang oleh Kridalaksana (1982:156) dirumuskan sebagai ragam bahasa yang tidak resmi dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk komunikasi intern sebagai usaha orang di luar kelompoknya tidak mengerti, berupa kosa kata yang serba baru dan berubah-ubah. Hal ini sejalan dengan pendapat Alwasilah (1985:57) bahwa slang adalah variasi ujaran yang bercirikan dengan kosa kata yang baru ditemukan dan cepat berubah, dipakai oleh kaum muda atau kelompok sosial dan profesional untuk komunikasi di dalamnya. Slang digunakan sebagai bahasa pergaulan. Kosakata slang dapat berupa pemendekan kata, penggunaan kata alam diberi arti baru atau kosakata yang serba baru dan berubah-ubah. Disamping itu slang juga dapat berupa pembalikan tata bunyi, kosakata yang lazim diapakai di masyarakat menjadi aneh, lucu, bahkan ada yang berbeda makna sebenarnya.

vi) Bahasa Prokem
Bahasa prokem biasa juga disebut sebagai bahasa sandi, yaitu bahasa yang dipakai dan digemari oleh kalangan remaja tertentu (Laman Pusat Bahasa dan Sastra, 2004). Sarana komunikasi seperti ini diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Bahasa prokem itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya. Tumbuhkembang bahasa seperti itu selanjutnya disebut sebagai perilaku bahasa dan bersifat universal. Artinya bahasa-bahasa seperti itu akan ada pada kurun waktu tertentu (temporal) dan di dunia mamapun sifatnya akan sama (universal).
Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.
Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi, kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah tidak perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing.
Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem yang khas Indonesia dan jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang mengalami penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja Indonesia yang menetap di Jakarta.
Kata prokem sendiri merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri. Pada dasarnya bahasa ini untuk memberkan kode kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan).
Contoh yang sangat mudah dikenali adalah dagadu yang artinya matamu. Perubahan kata ini menggunakan rumusan penggantian fonem, dimana huruf M diganti dengan huruf D, sedangkan huruf T dirubah menjadi G. Sementara huruf vokal sama sekali tidak mengalami perubahan. Rumusan ini didasarkan pada susunan huruf pada aksara jawa yang dibalik dengan melompati satu baris untuk masing-masing huruf. Bahasa ini dapat kita jumpai di daerah Yogyakarta dan sekitarnya.
Belakangan ini bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa pergaulan anak-anak remaja. Dalam konteks kekinian, bahasa pergaulan anak-anak remaja ini merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999. Cara pengucapan bahasa gaul dilafalkan secara sama seperti halnya bahasa Indonesia. Kosakata-kosakata yang meminjam dari bahasa lain seperti bahasa Inggris ataupun Belanda diterjemahkan pengucapannya, contohnya, 'Please' ditulis sebagai Plis, dan 'Married' sebagai Merit (http://id.wikipedia.org/wiki/bahasaprokem).
vii) Komunitas Punk
Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Punk dapat diartikan sebagai ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan Komunitas Punk menjadi sebuah fenomena dalam masyarakat baik di Indonesia sendiri ataupun di dunia. Ideologi, tabiat anarkisme sampai dengan penggunaan bahasa, sepertinya telah menjadi sebuah kultur tersendiri bagi komunitas Punk itu sendiri. Dari segi Bahasa, banyak bahasa-bahasa komunitas Punk yang berisikan pesan sebuah pembebasan, pemberontakan, ataupun sebuah ancaman.
Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.

Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.
Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.
Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.

viii) Rock

Rock, dalam pengertian yang paling luas, meliputi hampir semua musik pop sejak awal 1950-an. Bentuk yang paling awal, rock and roll, adalah perpaduan dari berbagai genre di akhir 1940-an, dengan musisi-musisi seperti Chuck Berry, Bill Haley, Buddy Holly, dan Elvis Presley. Hal ini kemudian didengar oleh orang di seluruh dunia, dan pada pertengahan 1960-an beberapa grup musik Inggris, misalnya The Beatles, mulai meniru dan menjadi populer.
Musik rock kemudian berkembang menjadi psychedelic rock, kemudian menjadi progressive rock. Beberapa band Inggris seperti The Yardbirds dan The Who kemudian berkembang menjadi hard rock, dan kemudian menjadi heavy metal. Akhir 1970-an musik punk rock mulai berkembang, dengan kelompok-kelompok seperti The Clash, The Ramones, dan Sex Pistols. Di tahun 1980-an, rock berkembang terus, terutama metal berkembang menjadi hardcore, thrash metal, glam metal, death metal, black metal dan grindcore (http://id.wikipedia.org/wiki/genremusik).





Bab III
Metode Penelitian
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan model deskriptif. Pengumpulan datanya menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan (Moleong, 2007: 11). 
B. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah komuitas atau Geng Punk Rock di wilayah Sriwedari Surakarta.
C. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah barasal dari komunitas Punk Rock, buku, stiker Punk Rock, internet, dan majalah Punk Rock.


D. Waktu Penelitian
Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan penelitian selama empat bulan, yaitu bulan Juli sampai Oktober 2010.


Nama Kegiatan
Tahun 2010
Bulan ke-1
Bulan ke-2
Bulan ke-3
Bulan ke-4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
A.    Persiapan

Studi pustaka
x















Desain data

x














Penelitian  Pendahuluan

x
x
x












B.     Pelaksanaan

Pengumpulan data primer



x
x
x
x
x








Survei lapangan






x
x
x
x






Rekapitulasi data









x
x
x




Analisis data











x
x
x


C.    Penyusunan Laporan













x
x
x
E. Teknik Pengumpulaln Data
Pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi:
1. Wawancara mendalam
Maksud dari wawancara mendalam adalah wawancara yang dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap paling tepat guna mendapat data yang rinci, sejujurnya, dan mendalam, dan dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan penelitian yang berkaitan dengan kejelasan dan kemantapan masalah yang sedang dijelajahi.

2.      Observasi
       Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung ke lokasi pembuatan gamelan berbahan perunggu untuk mendapatkan data yang cukup.

F.     Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data dilakukan secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas. (Miles and Huberman dalam Sugiyono, 2007: 183) dalam penelitian Siska, Sukrisno dan Anik (2009).

G.    Penyajian Hasil Analisis
Penyajian hasil analisis dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian formal dan informal. Metode penyajian formal adalah penyajian dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang. Adapun metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa (Mahsun, 2005: 116).

H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal penelitian yang  berjudul ” Karakteristik dan Variasi Bahasa Slalng Geng Punk Rock ini adalah :
Bab I meliputi ; latar belakang masalah.,tujuan penelitian,manfaat penelitian. Bab II tinjauan pustaka dan landasan teori. Bab III Metode penelitian meliputi;
Jenis penelitian, objek penelitian, sumber data, waktu penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, penyajian hasil analisis, dan sistematika penulisan.




Daftar Pustaka

Agustin, dkk. 2009. “Kajian makna Leksikal dan Filosofis pada Instrumen Gamelan Berbahan Perunggu Serta Relevansinya dengan Ajaran Islam yang Terkandung dalam Al-Quran”. PKM. Surakarta: Universitas Muhammadiah Surakarta.
Apriani. 2008. “Variasi Bahasa, Isi Pesan, dan Kode Bahasa Chatting untuk Komunikasi Pergaulan di Internet”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer dan Agustina.1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta. Rineka Cipta.
Halliday, M.A.K. dan Ruqaiya Hasan. 1995. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Terjemahan Asruddin Barori Tou. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Kurniawan, Nazil. 2010. Membaca dan Mengurai Bahasa dalam Spanduk. Surakarta: Jagat Abjad.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajawali Pers.
Ohoiwutun, Paul. 2001. Sosiolinguistik. Jakarta. Kesain Blanc.
Sumarni. 2008. “ Analisis Tuturan Kru Bus Jurusan Solo-Sragen (Interaksi antara Kru Bus-Penumpang/ calon penumpang). Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sundari. 2008. “Penggunaan Bahasa Prokem Waria di Kota Trenggalek”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wahyuni. 2009. “ Kekhasan Bahasa Dalam Berkomunikasi di Kalangan Komunitas Punker (Studi pada Komunitas Punk Malang)”. Skripsi. Malang: Universitas Muhamadiah Malang.