Minggu, 26 Juni 2011

puisi

Gadis Padas Pinggir Pantai

Ketika sedang pilu, kuingat namamu
Ketika sedang dipantai, ku terbayang wajahmu
Ketika sedang rindu, ku panggil namamu
Ketika memandang bintang, ku sebut itu kau
Ketika tersesat di rimba, kuberharap kedatanganmu

Tapi tak bisa kuserahkan seluruh hidup dan matiku untukmu
Tak bisa ku menyimpanmu diseluruh ruang hatiku
Kuharus membagi itu

Percayalah aku kan menjagamu,
menjelma sebagai malaikat disamping lengan kananmu
percayalah aku kan bisa menjadi orang yang kau inginkan
menjadi wanita padas yang tak bergantung pada panas
melebur ombak, melelehkan fatamorgana

puisi


Seribu Jari Kreatif

Seribu jari kreatif menyulap kaleng rongsok
Yang menggunung disudut tembok
Belakang rumah.

Jari-jari menari dengan liuk
Menekuk kaleng menjadi kelinci
Berisi logam recehan
Yang bergoyang diperutnya dengan riang

Berhias kertas bekas
Dilempari tinta merah, hitam, hijau, kuning, biru
Mempercantik halaman si kelinci
Yang sedang menari dibawah sinar mentari




puisi


Teriakan Anjing dan Orong-orong

Terdengar suara kaingan anjing terkurung pada tembok berjeruji besi
Seperti meronta minta tolong dilepaskan
Sebelum mereka jadi santapan
Sedang aku disini bebas mengirup udara segar yang ditemani
sederet pohon bamboo yang menjulang tinggi
Seperti anjing itu, orong-orong berteriak terjepit pohon bamboo
Hanya aku disini bebas tanpa batas
Dalam kebebasanku ini, ku tak menikmati begitu saja
Bebas diri hati terpatri
Tertawa dalam duka
Ku geram mendengar kaingan anjing dan teriakan orong-orong
Hanya ingin bebas dari santapan manusia tak bermoral
Hanya ingin lepas dari himpitan pohon-pohon bamboo
Mereka hanya menuntut hak yang seharusnya mereka dapatkan
Merdekalah wahai pohon-pohon bamboo yang menjulan tinggi,
 semakin tinggi
Tak usah kau ingat akan tumbang nanti

Tasikmadu, Mei 2011