Semoga Tergapai
Oleh: Siska Agustin Kusumastuti
Diatas bumi yang biru keputihan
Dibawah langit putih kecoklatan
Dengan ditemani satu bintang terang
Cahya putih nya yang menyilaukan
Batang kayu manis itu tergeletak ditepi dinding tinggi
Dulu ia tak begini
Karena kemaraukah?
Atau karena hama yang marah?
Diatas bumi yang biru keputihan
Dibawah langit putih kecoklatan
Rantingnya ingin mengayun
Meraih beribu tetesan embun
Daunya ingin melambai
Menyapa alam yang lemas lunglai
Namun…..
Semuanya belum sampai
Baru angan yang hendak dicapai
Semoga harapan lekas tergapai
LINTAH
Oleh: Siska Agustin Kusumastuti
Dengan sengaja lintah itu masuk di rumah ibu
Dengan sengaja ibu memelihara lintah itu
Oooh...
Memang Tuhan telah melukis garis di telapak tangan ibu
Perlahan, lintah itu menempel lembut di kaki ibu
Perlahan, lintah itu merayap ke pinggang ibu
Perlahan, lintah itu menghisap darah ibu
Yang semula biru, warna itu menjadi coklat pucat
Perlahan, lintah itu terus menghisap
Dari coklat pucat, kini jadi hitam pekat
Hampir separo darah ibu dihisap lintah keparat
Ingin rasanya kubuang lintah itu
Ditengah derasnya sungai berbatu
Namun ibu melarangku...
Beliau berkata,
“Nak, biarlah lintah itu mati perlahan
Oleh takdir Tuhan...”
Betapa mulianya bidadari Tuhan itu
Tak ada dendam dalam hati yang pilu
Betapa mulianya kekasih Tuhan itu
Menggenggam ikhlas lukisan tangan tak tentu
Sangkar Gagak Betina
Gagak betina terpasung dalam sangkar kebebasan
Sayapnya pun terpatri pada dinding jeruji penuh janji
Apa pedulimu pada bintang yang dipandang semua orang?
Apa pedulimu pada bulan yang menari ditengah malam?
Bukankah hanya cecapan manis bunga merekah yang kau inginkan!
Apa pedulimu pada lilin berselimut pilu yang padam perlahan?
Apa pula pedulimu pada kebebasan kertas terbang melayang?
Bukankah hanya keindahan tubuh gagak betina binal yang kau inginkan!
Gagak betina terpasung dalam sangkar kebebasan
Jangan harap kau bisa meraih walau separuh sayap
Sebelum kau buang jauh angan kejam yang berkarat pada otak
Singkirkan rasa ingin menikmati kepakan dua sayap bidadari
Sebelum kau benar yakin kelak tak kan tersakiti
Surakarta, Mei 2011
Lahap
Sarapan pagi melahap nasi, keju, sayur, dading dan susu
Sarapan kata melahap warta berita, gossip dan isu
Setelah pergi semakin rakus
Menjilat ludah oang-orang dan melahap semua tanpa urus
Diruang sidang mendengkur
Diluar sidang sok ngatur
Apa jadinya kalau rumah kita berisi
Orang-orang seperti itu
Tiang kian goyah
Atap akan runtuh
Lantai pun bergerak menggeliat
Menginginkan keadilan
KEADILAN???
Adakah makhluk semacam itu?
Tanyakan pada dirimu sendiri.
Hitam Putih Pagi
Diantara teras tak berkaca, terpancar surya mentari
mengintip disela-sela pohon bamboo
Dibawah sana ayam-ayam lalu-lalang mencari makan
sekedar mencari untuk mengisi perut berbunyi
Diatas sana saling sambar kelelawar
Untuk mengisi kantung perut yang tak pernah kenyang
Surya mentari mengintip disela-sela pohon bamboo
Seperti sengaja mengamati hitam putih pagi yang disinari
Tasikmadu, Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar